Mencoba menggali ingatan yang kemarin
hendak akan ku tuangkan dalam tulisan, semoga tak mengurangi sedikitpun maksud
yang ingin disampaikan.
Dulu, aku hanya mampu menonton di televisi
reality show yang menayangkan bagaimana sebenarnya keadaan masyarakat indonesia
yang jauh dari kata kesejahteraan. Dulu.aku sering bermimpi untuk menjadi salah
satu tokoh utama yang membantu sebagian keluarga yang tidak mampu, mudah-mudahan
bukan karna niat ingin masuk tipinya, tapi memang niat untuk membantu. Hehe. Insyaallah.
Kemarin, tepat pada saat setelah menghadiri
kegiatan shalihat gathering di blok M,
aku putuskan untuk menggunakan mini bus
kopaja untuk pulang ke bogor. Ku nyalakan
al-matsurat lewat audio ponsel ku dan duduk di bangku paling belakang. Aku
mengingat kembali adegan demi adegan yg pernah ku lihat di ftv, sama seperti
itu pula yang aku lakukan, hheh, iya, berlagak sok artis gitu.
Dari al-matsurat hingga lagu nasyid
telah terdengar di telinga ku melalui media player ponsel ku hingga membuatku sedikit
terlelap dalam perjalanan.
Kuperhatikan gerak gerik knek kopaja, lagi lagi ku bandingkan dengan
salah satu adegan di ftv. Artis-artis itu berarti harus study banding dulu ya untuk bisa memainkan perannya dengan maksimal.
Aduh otak aku udah dipenuhi ama ftv nih,
akibat dulu tongkrongannya tipi mulu.hheh
Tiba-tiba kopajanya
berhenti, naiklah seorang kakek tua renta membawa kantong plastik besar, ntah
isinya apa. Dia melangkah menaiki kopaja
dengan bergetar, seakan menandakan betapa rapuhnya beliau.
Tidak ada kursi yang kosong waktu itu,
hingga ia mencoba menduduki kantong plastik yang iya bawa, memang kantongannya
cukup besar, tapi sesekali iya terjatuh.
Ketika knek nya minta ongkos kepada kakek itu, dengan segera kakek tua itu
mengambil uang dari saku kiri bajunya dan memberikannya dengan tangan bergetar.
Uang yang diberikan adalah uang dua ribu
rupiah sebanyak dua lembar. Aku perhatikan knek tersebut berharap Ia mengembalikan seribu rupiah milik kakek
tua itu. Tapi ternyata dia tidak mengembalikannya.
Kondisi
saat itu memang tepat sehari setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM
(Bahan Bakar Minyak), ongkos kopaja dengan
rute Depok-Blok M yang semula Rp2500 dinaikkan menjadi Rp3000. Kenaikan harga
BBM tidak bisa dipungkiri memberatkan kebanyakan rakyat kalangan bawah. Seakan mencekik
leher rakyat. Akibatnya bisa meningkatkan jumlah kriminalitas di Indonesia. Contohnya
seperti knek kopaja tadi saja. Itu salah
satu bentuk tindakan kriminalitas lohh. Belum lagi kondisi sekarang, Rakyat
yang dominasi muslim akan di hadapkan dengan Bulan Suci Ramadhan yang penuh
berkah, merupakan momen-momen terindah bagi para keluarga muslim untuk
menjalankannya. Tuntutan sudah tentu banyak, karena kondisi sedang tercekik, tak
jarang ada yang melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya
dengan berbuat curang, mencuri, merampok, atau tindakan-tindakan kriminalitas
lainnya. Ini baru salah satu contoh yang terjadi ketika harga BBM naik, tapi
saya tidak mau terlalu jauh membicarakan itu. Yah mudah-mudahan saja rakyat Indonesia tetap percaya kalau
rejeki itu memang harus dicari dengan yang usaha yang halal. Dan meyakini bahwa
Allah SWT sang Maha Kaya tidak akan pernah menutup mata terhadap hamba-hambanya
yang membutuhkan.
Oke back
to the kakek tua dan knek kopaja
tadi, ketika penumpang sudah ada sebagian yang turun, maka kakek pun
mendapatkan tempat duduk tepat disebelahku. Dengan senyuman termanisku
menyapanya
“kakek
dari mana ? itu lagi bawa apa kek ?” tanyaku kepadanya seraya tersenyum.
“itu
neng, biasa, barang-barang gak dipakai, yah untuk makan neng” dengan wajah lesu
nya menjawabku.
Sesekali ku
perhatikan wajahnya, keriputnya yang sudah semakin banyak di tambah lagi
ekspresi wajah sedihnya seakan berbicara hidup ini sulit, tidak ada lagi
kebahagiaan yang beliau rasakan. Tanpa sadar setetes cairan bening dari mataku
pun keluar dengan sendirinya.
Kami mengobrol
begitu banyak, tentang keluarga beliau, apa yang beliau kerjakan tiap harinya,
dan bagaimana perjuangan beliau ditinggal oleh anak dan istrinya 13 tahun yang
lalu.
Oh, ingin
sekali aku kuatkan bahunya untuk tetap tegar menghadapinya. Tapi tak mampu ku
lakukan. Yang aku lakukan hanya memberikan lelucon lucu untuknya berniat untuk
melihat senyuman dari wajah keriputnya. Berkenalan dengan beliau banyak
memberikan aku pelajaran tentang hidup, bagaimana seorang anak yang seharusnya
berbakti kepada kedua orangtuanya, bagaimana seorang istri yang selayaknya
menjadi supporter terdepan untuk suami dan anak-anaknya, belajar mengenai
kesabaran yang tiada batasnya, sayangnya aku lupa menanyakan siapa namanya.
Singkat
cerita, Perpisahan kami pun terjadi distatiun depok. Kusalami tangan kasarnya
dan mengucapkan “tetap semangat kek, Allah selalu ada kok untuk kita selagi
kita masih sering meminta kepada-Nya”
Hari yang
melelahkan, pengalaman yang begitu berharga, seperti menjadi artis sehari di
reality show tivi tivi. Hehhe
"Karena allah takkan pernah menutup mata terhadap hamba-hambanya yang membutuhkan"