Selasa, 25 Juni 2013

Aku, Knek MiniBus Kopaja dan Kakek Tua Renta



Mencoba menggali ingatan yang kemarin hendak akan ku tuangkan dalam tulisan, semoga tak mengurangi sedikitpun maksud yang ingin disampaikan.
Dulu, aku hanya mampu menonton di televisi reality show yang menayangkan bagaimana sebenarnya keadaan masyarakat indonesia yang jauh dari kata kesejahteraan. Dulu.aku sering bermimpi untuk menjadi salah satu tokoh utama yang membantu sebagian keluarga yang tidak mampu, mudah-mudahan bukan karna niat ingin masuk tipinya, tapi memang niat untuk membantu. Hehe. Insyaallah.
Kemarin, tepat pada saat setelah menghadiri kegiatan shalihat gathering di blok M, aku putuskan untuk menggunakan mini bus kopaja untuk pulang ke bogor. Ku nyalakan al-matsurat lewat audio ponsel ku dan duduk di bangku paling belakang. Aku mengingat kembali adegan demi adegan yg pernah ku lihat di ftv, sama seperti itu pula yang aku lakukan, hheh, iya, berlagak sok artis gitu.
Dari al-matsurat hingga lagu nasyid telah terdengar di telinga ku melalui media player ponsel ku hingga membuatku sedikit terlelap dalam perjalanan.
Kuperhatikan gerak gerik knek kopaja, lagi lagi ku bandingkan dengan salah satu adegan di ftv. Artis-artis itu berarti harus study banding dulu ya untuk bisa memainkan perannya dengan maksimal. Aduh otak aku udah dipenuhi ama ftv nih, akibat dulu tongkrongannya tipi mulu.hheh
Tiba-tiba  kopajanya berhenti, naiklah seorang kakek tua renta membawa kantong plastik besar, ntah isinya apa. Dia melangkah menaiki kopaja dengan bergetar, seakan menandakan betapa rapuhnya beliau.
Tidak ada kursi yang kosong waktu itu, hingga ia mencoba menduduki kantong plastik yang iya bawa, memang kantongannya cukup besar, tapi sesekali iya terjatuh.
Ketika knek nya minta ongkos kepada kakek itu, dengan segera kakek tua itu mengambil uang dari saku kiri bajunya dan memberikannya dengan tangan bergetar. Uang yang diberikan adalah uang dua ribu rupiah sebanyak dua lembar. Aku perhatikan knek tersebut berharap Ia mengembalikan seribu rupiah milik kakek tua itu. Tapi ternyata dia tidak mengembalikannya.
Kondisi saat itu memang tepat sehari setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), ongkos kopaja dengan rute Depok-Blok M yang semula Rp2500 dinaikkan menjadi Rp3000. Kenaikan harga BBM tidak bisa dipungkiri memberatkan kebanyakan rakyat kalangan bawah. Seakan mencekik leher rakyat. Akibatnya bisa meningkatkan jumlah kriminalitas di Indonesia. Contohnya seperti knek kopaja tadi saja. Itu salah satu bentuk tindakan kriminalitas lohh. Belum lagi kondisi sekarang, Rakyat yang dominasi muslim akan di hadapkan dengan Bulan Suci Ramadhan yang penuh berkah, merupakan momen-momen terindah bagi para keluarga muslim untuk menjalankannya. Tuntutan sudah tentu banyak, karena kondisi sedang tercekik, tak jarang ada yang melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya dengan berbuat curang, mencuri, merampok, atau tindakan-tindakan kriminalitas lainnya. Ini baru salah satu contoh yang terjadi ketika harga BBM naik, tapi saya tidak mau terlalu jauh membicarakan itu. Yah mudah-mudahan  saja rakyat Indonesia tetap percaya kalau rejeki itu memang harus dicari dengan yang usaha yang halal. Dan meyakini bahwa Allah SWT sang Maha Kaya tidak akan pernah menutup mata terhadap hamba-hambanya yang membutuhkan.

Oke back to the kakek tua dan knek kopaja tadi, ketika penumpang sudah ada sebagian yang turun, maka kakek pun mendapatkan tempat duduk tepat disebelahku. Dengan senyuman termanisku menyapanya
“kakek dari mana ? itu lagi bawa apa kek ?” tanyaku kepadanya seraya tersenyum.
“itu neng, biasa, barang-barang gak dipakai, yah untuk makan neng” dengan wajah lesu nya menjawabku.
Sesekali ku perhatikan wajahnya, keriputnya yang sudah semakin banyak di tambah lagi ekspresi wajah sedihnya seakan berbicara hidup ini sulit, tidak ada lagi kebahagiaan yang beliau rasakan. Tanpa sadar setetes cairan bening dari mataku pun keluar dengan sendirinya.

Kami mengobrol begitu banyak, tentang keluarga beliau, apa yang beliau kerjakan tiap harinya, dan bagaimana perjuangan beliau ditinggal oleh anak dan istrinya 13 tahun yang lalu.

Oh, ingin sekali aku kuatkan bahunya untuk tetap tegar menghadapinya. Tapi tak mampu ku lakukan. Yang aku lakukan hanya memberikan lelucon lucu untuknya berniat untuk melihat senyuman dari wajah keriputnya. Berkenalan dengan beliau banyak memberikan aku pelajaran tentang hidup, bagaimana seorang anak yang seharusnya berbakti kepada kedua orangtuanya, bagaimana seorang istri yang selayaknya menjadi supporter terdepan untuk suami dan anak-anaknya, belajar mengenai kesabaran yang tiada batasnya, sayangnya aku lupa menanyakan siapa namanya.

Singkat cerita, Perpisahan kami pun terjadi distatiun depok. Kusalami tangan kasarnya dan mengucapkan “tetap semangat kek, Allah selalu ada kok untuk kita selagi kita masih sering meminta kepada-Nya”  

Hari yang melelahkan, pengalaman yang begitu berharga, seperti menjadi artis sehari di reality show tivi tivi. Hehhe

 "Karena allah takkan pernah menutup mata terhadap hamba-hambanya yang membutuhkan"

Ini soal bagaimana memilih calon Imam



Bismillahirrahmanirrahim…
Kini usiaku sudah memasuki kepala dua, yah tepat 20 tahun umurku kini. Sudah selayaknya tidak lagi meletakkan telapak tangan keatas kepada orangtua, sudah selayaknya mampu membedakan antara yang benar dan yang salah. Sudah selayaknya mampu membuat keputusan sendiri berdasarkan pemahaman dan kepercayaan. Dan sudah sepantasnya juga untuk berbicara masalah calon pendamping. Eaaa *loh. Hhehe
Sudah bukan hal yang tabu lagi untuk diperbincangkan ketika remaja yang berusia 20 tahun keatas sudah mulai mempersiapkan calon pendamping hidupnya kelak. Ini soal bagaimana memilih calon imam loh. Dalam memilih pendamping yang insyaAllah akan kita pertahankan selama kita masih hidup memang perlu pemikiran yang cukup matang. Dan sangat dianjurkan untuk memilih yang terbaik dari yang baik.
Sebagai seorang wanita kita memang tidak diberikan keleluasaan untuk memilih dengan bebas siapa calon pendamping kita, layaknya seorang pria, hanya saja sangat dianjurkan kita sebagai wanita memiliki kriteria khusus dalam memilih sang pria.
Sebagian seorang wanita mungkin memiliki kriteria seperti ini :
ü  Punya rumah
ü  Punya mobil
ü  Wajah ganteng, tinggi dan sedikit putih
ü  Gemar bermain  sepak bola
ü  And bla bla bla bla  bla
Yah, tidak bisa kita pungkiri bahwa itu semua adalah ciri umum untuk sebagian besar kaum hawa dimuka bumi ini.
Tapi sebagian wanita yang biasa lebih enak dipanggil akhwat (the truth : akhwat=perempuan, hanya saja sekarang ini akhwat itu identic dengan wanita yang jilbabnya gede’) memiliki kriteria tertentu. Ada yang memiliki kriteria seperti ini :
-          Hafidz Qur’an
-          Minimal AB 2 KAMMI
-          Aktivis Kampus
-          And bla bla bla bla
Menurut saya tidak ada yang salah dari tiap kriteria Imam yang diinginkan oleh wanita tersebut. Sebagai seorang wanita, tidak munafik untuk menginginkan Imam terbaik untuk dirinya dan anak-anaknya kelak. Dan yang jelas kriteria itu di buat pasti mengacu kepada orientasi keluarga mereka nanti. Apakah akan dibawa menjadi keluarga para Pejuang Peradaban atau hanya keluarga yang biasa-biasa saja.
Bagi para akhwat pejuang peradaban mungkin akan dihadapkan pada dua pilihan. Pilihan pertama mendapatkan Imam yang benar-benar terbaik untuk dirinya, ya mungkin dilihat dari segi kepahamannya terhadap Islam itu sendiri atau memilih calon pendamping yang merupakan objek dakwahnya. Gak mau terlalu membahas ini akan dibawa seperti apa. Tapi yang jelas, ketika Roh itu ditiupkan pada jasad manusia, manusia telah memiliki waktu hidup didunia, rejeki ketika hidup didunia dan Jodoh sudah diatur oleh Allah SWT. Percayalah, Rencana Allah akan selalu indah untuk kita :’)

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (An Nuur : 26)
Kesalahan datangnya dari saya pribadi, kebenaran datangnya dari Allah sang Maha Benar.
Wallahualam Bishowab. Assalamualaikum wr wb